Dalam
keheningan, terdengar sayup-sayup suara hembusan nafas yang terengah-engah.
Semakin lama suara itu semakin dekat, sedikit membuat bulu kudukku berdiri
mendengarnya. Hanya sebuah boneka teddy bear yang dapat kupeluk saat ketakutan
menyelimutiku. Perlahan kuberanikan diri untuk berdiri dari tempat tidurku,
melihat keluar darimana asal suara terengah-engah itu. Namun kuurungkan niat
saat suara pintu kamarku tiba-tiba terbuka. Hmmm, bernafas lega saat kupastikan
keberadaan ayah didepan pintu kamarku. Sesaat kulangsung berlari kepelukan
ayahku. Ayahku menangis terisak, tak seperti biasanya. Matanya berlembam seakan
sudah sedari tadi ia menangis. Lega saat ku mengetahui bahwa suara itu adalah
ayah. Namun rasa cemas menyelimutiku saat kutahu ayahku menangis. Seseorang
yang kuanggap paling tangguh saat ini menangis. Begitu tersedu-sedu. Mulutku
pun menjadi begitu sulit untuk berkata-kata. Hanya diam dan merasakan hangat
peluknya.
Aku
membisikkan ayah, “Ayah, aku buat ayah sedih ya?”. Seketika ayah memelukku
erat, dan ia menyuruhku untuk kembali tertidur. Aku menuruti ucapannya, setelah menyelimutiku
ayah segera keluar dari kamarku. Mencoba ku memejamkan mata dan meyakinkan diri
untuk berfikir semuanya akan baik-baik saja. Sekejap kupejamkan mata,dan
tiba-tiba suara mobil ambulance terdengar,bahkan
terdengar semakin dekat, seakan berada di depan rumahku. Kepanikan dalam
sekejap menyelimuti ku. Jantungku
berdetak tak karuan, segera kuberlari menghampiri ayah dikamarnya. Kudapati
ayah sedang bersujud, namun tak kuhiraukan. Aku melihat ke arah suara
ambulance, dan aku terdiam, aku menahan tangis yang sudah sedari kemarin
tertahan, sebuah ketakutan yang sudah dari kemarin aku sembunyikan. Ambulance
itu membawa ibuku pergi bersama keluarga ibu, bagaimana dengan ayah? Kurasa
berat untuk ayah melihat keadaan ibu dan oleh sebab itu ia lebih memilih untuk
bersujud menghadapNya, mempasrahkan semuanya. Memperlihatkan segala upaya do’anya
agar sampai kepadaNya untuk kesembuhan wanita yang sungguh dicintainya.
Dari
sujud ayah, yang diiringi suara tangisnya aku melihat begitu besar kepiluan.
Kepiluan akan merasakan sakitnya melihat orang yang paling dicintainya itu
sakit, aku mendengar begitu banyak kata-kata yang terucap, dalam semua
kata-kata yang terucap itu penuh do’a untuk orang yang sangat dikasihinya. Aku
melihat sebuah pengharapan,dan aku tahu satu-satunya pengharapan ayah itu hanya
kesembuhan ibu. Pernahkah kalian menonton film Romeo dan Juliet atau bahkan
Adam dan Eve atau kisah Nabi Muhammad yang begitu mencintai istri-istrinya,
atau bahkan Habibie Ainun yang menjadi Romeo dan Juliet di Indonesia? Tapi,
saat ini yang aku lihat, cinta ayah untuk ibu melebihi mereka semua. Melebihi
cerita drama yang diperankan oleh aktor dan aktris terbaik manapun. Dalam
tangisannya aku mampu merasakan kekuatan cintanya, aku merasakan beban yang
begitu berat yang dialaminya dan itu semua karena ibu. Sakitnya ibu itu amat
luar biasa jauh lebih sakit untuk ayah. Ayah yang sangat tangguh dan bijaksana,
saat ini hanya tampak rapuh dan terlihat lemah, dan itu semua karena ibu.
Tanda
tanya besarku, mengapa ibu tak menginginkan kepiluan ayah berakhir?ataukah ayah
terlalu kuat untuk memikul semua cobaan ini oleh karena itu Tuhan memilih ibu
sebagai cobaannya?, ayahku mendengar suara isakkan tangisku. Ayah
menghampiriku, dia mengatakan, aku salah satu alasan mengapa ia begitu
menyayangi ibu, dan aku semakin terisak dalam pelukannya. Ia mengatakan do’aku
sangat penting untuk ibu dan karena itu hingga saat ini aku melakukan itu.
Bertahun-tahun pun berlalu, ayah tetap sama, membendung do'a yang hanya ditujukan untuk ibu. Ya, tetap untuk ibu. Wanita yang paling beruntung sedunia karena memiliki orang yang begitu menyayanginya seperti ayah. Penantian do'a ayahpun tiba, tiba dimana saatnya Tuhan mengabulkan semua do'a ayah. Terdengar berita gembira. bahwa ibu sudah membaik dan akan segera tiba dirumah. Hingga saat itupun tiba, saat dimana ibu pulang kembali ke rumah ini dengan keadaan yang begitu sehat dan paras mukanya menunjukkan dia benar-benar bahagia, aku hanya melirik ke arah ayah yang selama bertahun-tahun tetap menanti kesembuhan dan kehadirannya. Ya, ayah begitu bahagia. Aura cinta bertebaran diantara mereka, dan aku jadi saksinya.
Bertahun-tahun pun berlalu, ayah tetap sama, membendung do'a yang hanya ditujukan untuk ibu. Ya, tetap untuk ibu. Wanita yang paling beruntung sedunia karena memiliki orang yang begitu menyayanginya seperti ayah. Penantian do'a ayahpun tiba, tiba dimana saatnya Tuhan mengabulkan semua do'a ayah. Terdengar berita gembira. bahwa ibu sudah membaik dan akan segera tiba dirumah. Hingga saat itupun tiba, saat dimana ibu pulang kembali ke rumah ini dengan keadaan yang begitu sehat dan paras mukanya menunjukkan dia benar-benar bahagia, aku hanya melirik ke arah ayah yang selama bertahun-tahun tetap menanti kesembuhan dan kehadirannya. Ya, ayah begitu bahagia. Aura cinta bertebaran diantara mereka, dan aku jadi saksinya.
Note:
Bukan karena
raga yang selalu ada disampingnya, sebuah cinta akan begitu kuat. Namun saat raga cinta itu jauh dan tidak disampingnya,
disitulah ujian untuk jiwa cinta yang sesungguhnya. Bisa saja, disaat raga
cinta itu ada namun ternyata jiwanya tak bersama kita. Tapi jiwa cinta itu
selalu ada, tak pernah hilang bahkan begitu kuat.
-loveaisaa-
-loveaisaa-
0 comments:
Posting Komentar